Tidak mudah seseorang itu menerima nasihat orang lain. Apalagi nasihat itu datangnya dari bawahannya, dari anak buahnya. Ia lebih mendengarkan bisikan hatinya -- engkau seorang kepala kantor, seorang komandan, boss, lebih pandai, lebih kaya, tidak pantas menerima nasihat itu..... dsb.
Manakala anda bercermin, maka akan tampak wajah anda. Bersih atau kotor, berminyak atau kering, senyum atau mencibir, ada tahi lalat atau tidak, dsb, semuanya bisa anda lihat pada cermin itu. Dan memberi informasi yang akurat kepada anda tentang wajah anda.
Demikianlah juga jika datang nasihat dari orang lain kepada diri anda, ibarat anda melihat diri anda pada cermin.
Pemberian paling berharga dari seseorang untuk saudaranya yang tidak bisa dinilai dengan emas dan perak adalah nasihat untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kejelekan.
Sebab, nasihat merupakan urusan yang paling penting dan mendasar di dalam agama Islam, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama adalah nasihat.”
( HR. Muslim ).
Upaya saling menasihati dalam kebaikan_l merupakan salah satu jalan yang bisa menyelamatkan seseorang dari kerugian dunia dan akhiratnya.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَٱلۡعَصۡرِ ١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran, serta nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.”
(QS. Al-‘Ashr: 1-3).
Sikap saling meminta dan saling memberi nasihat adalah interaksi kemasyarakatan kaum muslimin yang dianjurkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
فَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ أَخُوكَ فَانْصَح لَهُ
“Jika saudaramu meminta nasihatmu, berilah nasihat untuknya.”
(HR. Muslim).
Sudah tidak asing bagi kita tentang keutamaan menyampaikan nasihat, karena nasihat adalah salah satu bentuk perwujudan amar ma’ruf nahi mungkar.
Nasihat yang benar, yang dibangun di atas Qur'an Suci dan as-Sunnah, wajib didengar dan diterima, karena nasihat tersebut adalah agama dan pemberian yang sangat berharga dari saudara kita.
Orang yang menerima nasihat berarti dia telah berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari kebinasaan dan kerugian.
Sebaliknya, orang yang menolak nasihat berarti dia telah menghadapkan dirinya ke dalam jurang kebinasaan, sebagaimana yang dialami oleh umat terdahulu yang dibinasakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala ketika menolak nasihat dari para nabi.
Contohnya ialah kaum Tsamud ketika menolak nasihat Nabi Saleh ‘alaihissalam.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَأَخَذَتۡهُمُ ٱلرَّجۡفَةُ فَأَصۡبَحُواْ فِي دَارِهِمۡ جَٰثِمِينَ ٧٨ فَتَوَلَّىٰ عَنۡهُمۡ وَقَالَ يَٰقَوۡمِ لَقَدۡ أَبۡلَغۡتُكُمۡ رِسَالَةَ رَبِّي وَنَصَحۡتُ لَكُمۡ وَلَٰكِن لَّا تُحِبُّونَ ٱلنَّٰصِحِينَ ٧٩
Lalu datanglah goncangan gempa menimpa mereka sehingga mereka mati bergelimpangan di rumah mereka. Nabi Salehpun pergi berpaling meninggalkan mereka seraya berkata, 'Wahai kaumku, sungguh aku telah sampaikan risalah dari Rabbku. Aku telah berusaha untuk menyampaikan nasihatku kepada kalian. Namun, kalian tidak menyukai orang yang memberi nasihat.”
(QS. Al-A’raf: 78)
Komentar