Adab Umum Dalam Berpakaian
1. Gunakan
pakaian yang halal
Hendaknya
pakaian yang digunakan halal bahannya, juga halal cara mendapatkannya serta
halal harta yang digunakan untuk mendapatkan pakaian tersebut. Dari Abu
Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا
يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ
الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} ثُمَّ ذَكَرَ
الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى
السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ،
وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟
“Wahai manusia,
sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya
apa yang Allah perintahkan kepada orang mukmin itu sama sebagaimana yang
diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai para Rasul,
makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amalan shalih’ (QS. Al Mu’min: 51).
Alla Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan yang
baik yang telah Kami berikan kepadamu’ (QS. Al Baqarah: 172). Lalu Nabi
menyebutkan cerita seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang,
hingga sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke
langit dan berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’ padahal makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram.
Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim no 1015).
2. Tidak
menyerupai lawan jenis
Tidak
diperbolehkan menyerupai lawan jenis dalam bertingkah-laku, berkata-kata, dan
dalam semua perkara demikian juga dalam hal berpakaian. Laki-laki tidak boleh
menyerupai wanita, demikian juga sebaliknya. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu,
beliau berkata:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ ، وَالْمُتَشَبِّهَاتِ
مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan para
wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari no. 5885).
Dalam
riwayat lain dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhu, ia berkata:
لَعَنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْمُخَنَّثِينَ مِنْ الرِّجَالِ وَالْمُتَرَجِّلَاتِ مِنْ النِّسَاءِ
وَقَالَ أَخْرِجُوهُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ
“Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam melaknat laki-laki yang kebanci-bancian dan para
wanita yang kelaki-lakian”. Dan Nabi juga bersabda: “keluarkanlah mereka dari
rumah-rumah kalian!” (HR. Bukhari no. 5886).
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam juga bersabda:
ثلاثةٌ لا يَدخلُونَ الجنةَ: العاقُّ
لِوالِدَيْهِ ، و الدَّيُّوثُ ، ورَجِلَةُ النِّساءِ
“Tidak
masuk surga orang yang durhaka terhadap orang tuanya, ad dayyuts, dan wanita
yang menyerupai laki-laki” (HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 10/226, Ibnu
Khuzaimah dalam At Tauhid 861/2, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’,
3063).
Maka
hendaknya para lelaki gunakan pakaian yang dikenal sebagai pakaian lelaki,
demikian juga wanita hendaknya gunakan pakaian yang dikenal sebagai pakaian
wanita.
3. Memulai
dari sebelah kanan
Hendaknya
memulai memakai pakaian dari sebelah kanan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu
’anha, ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ كَانَ يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِي تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ
وَطُهُورِهِ فِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
“Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam membiasakan diri mendahulukan yang kanan dalam memakai
sandal, menyisir, bersuci dan dalam setiap urusannya” (HR. Bukhari no.
168).
4. Tidak
menyerupai pakaian orang kafir
Dari
Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
من تشبه بقوم فهو منهم
“Orang
yang menyerupai suatu kaum, seolah ia bagian dari kaum tersebut” (HR.
Abu Daud, 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di
shahihkan oleh Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).
Disebut
menyerupai orang kafir jika suatu pakaian menjadi ciri khas orang kafir. Adapun
pakaian yang sudah menjadi budaya keumuman orang, tidak menjadi ciri khas orang
kafir, maka tidak disebut menyerupai orang kafir walaupun berasal dari orang
kafir.
5. Bukan
merupakan pakaian ketenaran
Hendaknya
pakaian yang digunakan bukan pakaian yang termasuk libas syuhrah. Dari Abdullah
bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ لَبِسَ ثَوْبَ شُهْرَةٍ فِي الدُّنْيَا
أَلْبَسَهُ اللَّهُ ثَوْبَ مَذَلَّةٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Siapa
yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya pakaian hina
pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no.4029, An An Nasai dalam Sunan
Al-Kubra no,9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2089).
6. Doa
memakai pakaian
Hendaknya
ketika memakai pakaian membaca doa berikut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى كَسَانِى هَذَا
الثَّوْبَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ
Alhamdulillahilladzi kasaaniy hadzats tsauba wa rozaqonihi min ghoiri hawlin
minniy wa laa quwwah
“Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rezeki
dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Abu Daud no. 4023.
Dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)
Adab-Adab Khusus Bagi Wanita
1. Menutup
aurat wanita
Allah Ta’ala berfirman:
يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ
وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ
ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“Hai
Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri
orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
Al Ahzab: 59).
Allah
Ta’ala juga berfirman:
وَلاَ يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ
مَايُخْفِينَ مِن زِينَتِهِنَّ
“Dan
janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan.” (QS. An Nur: 31).
Ulama
Hambali dan Syafi’i berpendapat dari ayat di atas bahwa aurat wanita adalah
seluruh tubuh. Sedangkan ulama Maliki dan Hanafi berpendapat bahwa aurat wanita
adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan. Berdasarkan hadits dari
‘Aisyah radhiyallahu‘anha, beliau berkata,
أَنَّ أَسْمَاءَ بِنْتَ أَبِي بَكْرٍ دَخَلَتْ
عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهَا ثِيَابٌ
رِقَاقٌ فَأَعْرَضَ عَنْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَقَالَ يَا أَسْمَاءُ إِنَّ الْمَرْأَةَ إِذَا بَلَغَتِ الْمَحِيضَ لَمْ تَصْلُحْ
أَنْ يُرَى مِنْهَا إِلَّا هَذَا وَهَذَا وَأَشَارَ إِلَى وَجْهِهِ وَكَفَّيْهِ
Asma’
binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dengan
memakai pakaian yang tipis. Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun
berpaling darinya dan bersabda, “Wahai Asma’, sesungguhnya seorang
wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat dari dirinya
kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan kedua telapak
tangannya. (HR. Abu Daud 4140, dalam Al Irwa [6/203] Al Albani berkata:
“hasan dengan keseluruhan jalannya”).
2. Tidak
berfungsi sebagai perhiasan
Busana
wanita Muslimah hendaknya tidak menjadi perhiasan, yang memperindah wanita yang
memakainya di depan para lelaki, sehingga menimbulkan fitnah bagi mereka.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ
“Janganlah
mereka menampakan perhiasan mereka.” (QS. An-Nur:31).
Al
Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta’ ditanya: “Bolehkah wanita menggunakan
busana yang bercorak-corak?”. Mereka menjawab:
لا يجوز للمرأة أن تخرج بثوب مزخرف يلفت
الأنظار؛ لأن ذلك مما يغري بها الرجال، ويفتنهم عن دينهم، وقد يعرضها لانتهاك
حرمتها
“Tidak
diperbolehkan wanita menggunakan busana yang bercorak yang bisa membuat mata
lelaki tertarik. Karena busana demikian diantara yang bisa membuat lelaki
tergoda dan terfitnah. Dan terkadang membuat seorang wanita dilanggar
kehormatannya”.
3. Kainnya
tebal tidak tipis dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh
Busana
Muslimah hendaknya tebal dan tidak tipis serta tidak memperlihatkan lekuk-lekuk
tubuh. Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu pernah berkata:
كساني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – قبطية
كثيفة كانت مما أهدى له دِحْيَةُ الكلبي فكسوتها امرأتي، فقال رسول الله – صلى
الله عليه وسلم – : مالك لا تلبس القبطية؟ فقلت: يا رسول الله! كسوتها امرأتي،
فقال: مرها أن تجعل تحتها غلالة فإني أخاف أن تصف حجم عظامها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam pernah memakaikanku baju Quthbiyyah yang tebal. Baju tersebut
dulu dihadiahkan oleh Dihyah Al Kalbi kepada beliau. Lalu aku memakaikan baju
itu kepada istriku. Suatu kala Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menanyakanku:
‘Kenapa baju Quthbiyyah-nya tidak engkau pakai?’. Kujawab: ‘Baju tersebut
kupakaikan pada istriku wahai Rasulullah’. Beliau berkata: ‘Suruh ia memakai
baju rangkap di dalamnya karena aku khawatir Quthbiyyah itu menggambarkan
bentuk tulangnya’” (HR. Dhiya Al Maqdisi dalam Al Mukhtar 1/441,
dihasankan oleh Al Albani)
Dalam
hadits ini Rasulullah memperingatkan Usamah agar jangan sampai bentuk tulang
istrinya Usamah terlihat ketika memakai pakaian. Maka menunjukkan tidak boleh
menampakkan bentuk lekuk-lekuk tubuh wanita. Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam juga bersabda:
صنفان من أهل النار لم أرهما: قوم معهم سياط
كأذناب البقر يضربون بها الناس، ونساء كاسيات عاريات، مائلات مميلات، رؤوسهن
كأسنمة البخت المائلة، لا يدخلن الجنة، ولا يجدن ريحها، وإن ريحها ليوجد من مسيرة
كذا وكذا
“Ada
dua golongan dari umatku yang belum pernah aku lihat: (1) suatu kaum yang
memiliki cambuk seperti ekor sapi yang digunakan untuk memukul orang-orang dan
(2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka berlenggak-lenggok,
kepala mereka seperti punuk unta yang miring (seperti benjolan). Mereka itu
tidak masuk surga dan tidak akan mencium wanginya, walaupun wanginya surga
tercium sejauh jarak perjalanan sekian dan sekian” (HR. Muslim dalam
bab al libas waz zinah no. 2128).
4. Tidak
diberi pewangi atau parfum
Wanita
tidak boleh memakai parfum atau wewangian yang bisa tercium oleh para lelaki.
Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ
عَلَى قَوْمٍ لِيَجِدُوا مِنْ رِيحِهَا فَهِيَ زَانِيَةٌ
“Perempuan
mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan laki-laki,
sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang pezina.” (HR.
Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahihul Jami’
no.323).
5. Lebar
dan longgar
Dari
Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ’anha, ia mengatakan:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم أن نخرج
ذوات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين قال فقالت
امرأة يا رسول الله إن لم يكن لإحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من
ثوبها
“Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga wanita yang haid)
pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum muslimin. Kemudian
seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami ada yang tidak
memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda: ‘Hendaknya temannya
memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud, no.1136. Dishahihkan Al
Albani di Shahih Abi Daud).
Adab Khusus Bagi Laki-Laki
1. Menutup
aurat
Dan
batasan aurat lelaki adalah dari pusar hingga lutut. Berdasarkan hadits:
أسفلِ السُّرَّةِ وفوقَ الركبتينِ من العورةِ
“Yang
dibawah pusar dan di atas kedua lutut adalah aurat” (HR. Al Baihaqi,
3362, Ad Daruquthni 1/231, dan yang lainnya).
2. Tidak
memakai emas
Dari
Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
أُحلَّ الذهبُ والحريرُ لإناثِ أُمتي، وحُرِّم
على ذكورِها
“Dihalalkan
emas dan sutra bagi wanita dari kalangan umatku, dan diharamkan bagi kaum
laki-lakinya” (HR. An Nasa’i no. 5163, dishahihkan Al Albani dalam
Shahih An Nasa’i).
Maka
tidak diperbolehkan lelaki menggunakan emas dalam bentuk apapun, baik cincin,
kancing baju, pakaian berbahan emas, bagde, atau semisalnya.
3. Tidak
memakai sutra
Laki-laki
Muslim dilarang menggunakan pakaian dari sutra. Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu’anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن لبِس الحريرَ في الدُّنيا لم يلبَسْه في
الآخرةِ وإنْ دخَل الجنَّةَ لبِسه أهلُ الجنَّةِ ولم يلبَسْه هو
“Barangsiapa
yang memakai pakaian dari sutra di dunia, dia tidak akan memakainya di akhirat.
Walaupun ia masuk surga dan penduduk surga yang lain memakainya, namun ia tidak
memakainya” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, no. 5437, dishahihkan
oleh Al Aini dalam Nukhabul Afkar 13/277).
4.
Hendaknya tidak isbal
Isbal
artinya menggunakan pakaian yang panjangnya melebihi mata kaki, baik itu
celana, sarung, jubah dan semisalnya. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam
bersabda:
ما أسفل من الكعبين من الإزار ففي النار
“Kain
yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR.
Bukhari no.5787).
Beliau
juga bersabda:
لا ينظر الله يوم القيامة إلى من جر إزاره بطراً
“Pada
hari Kiamat nanti Allah tidak akan memandang orang yang menyeret kainnya karena
sombong” (HR. Bukhari no.5788)
Jumhur
ulama berpendapat bahwa jika isbal bukan karena sombong, maka tidak haram.
Namun semua ulama sepakat, bahwa menjauhi isbal itu lebih baik dan lebih
bertaqwa. Sebagaimana riwayat dari Ubaid bin Khalid Al Maharibi radhiallahu’anhu, ia
berkata:
بَيْنا أنا أمشي بالمدينةِ إذا إنسانٌ خلفي
يقولُ : ارفعْ إزارَكَ، فإنَّهُ أتَقى ، فإذا هو رسولُ اللهِ ،فقلْتُ: يا رسولَ
اللهِ إِنَّما هيَ بُرْدَةٌ مَلْحاءُ، قال: : أَما لكَ فِيَّ أُسْوَةٌ . فنظرْتُ
فإذا إِزارُهُ إلى نصفِ ساقيْهِ
“Ketika
aku berjalan di Madinah, tiba-tiba ada seseorang di belakangku yang mengatakan:
‘Angkat sarungmu! Karena itu lebih bertaqwa’. Ternyata itu adalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam. Aku pun berkata: ‘Wahai Rasulullah, ini hanyalah
kain burdah malhaa’. Rasulullah menjawab: ‘Bukankah aku adalah teladan
bagimu?’. Lalu aku melihat sarung Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam, ternyata sarung beliau hanya sampai pertengahan betis” (HR.
At Tirmidzi dalam Syamail Muhammadiyah no. 121, dishahihkan Al Albani dalam
Mukhtashar Asy Syamail, no. 97).
Komentar